menyambut tradisi meugang di Aceh khususnya Gayo Lues, Kapolres Gayo Lues Berbagi Daging kepada personel
  • Jelajahi

    Best Viral Premium Blogger Templates

    Kode IT


    terkini

    menyambut tradisi meugang di Aceh khususnya Gayo Lues, Kapolres Gayo Lues Berbagi Daging kepada personel

    Dimas ( Redaksi )
    22 Maret 2023, 3/22/2023 11:17:00 PM WIB Last Updated 2023-03-22T16:17:52Z
     
    Gayo Lues_Harian-RI.com
    Rabu tanggal 22 Maret 2023, Meugang” merupakan tradisi warga muslim Aceh khususnya warga Gayo Lues dalam menyambut Ramadhan dengan menikmati masakan daging. Meugang dirayakan beberapa hari sebelum Ramadhan. Meugang diartikan sebagai menyambut Ramadhan dengan sukacita.

    Dalam rangka menyambut tradisi meugang ini, Kapolres Gayo Lues AKBP Efrianza SIK turut membagikan daging kepada personil Polres Gayo Lues dalam Tradisi Meugang Menuju bulan Ramadhan 1444H di halaman belakang Polres Gayo Lues, Selasa 21 Maret 2023 Pukul 08.30 Wib
    Kapolres Gayo Lues AKBP Efrianza SIK  mengatakan penyembelihan sapi itu dilakukan dalam hari ‘meugang’ menyambut bulan suci Ramadan 1444 hijriah
    Lanjut Efrianza, hari meugang adalah satu tradisi yang diwariskan secara turun-temurun di Aceh terutama di Gayo Lues
    Tradisi ini berlangsung tiga kali dalam setahun, yaitu meugang puasa, menjelang hari raya Idul Fitri, dan menjelang hari raya Idul Adha,sebut Efrianza.
    Hari meugang tersebut yaitu tradisi dengan memakan daging sapi atau kerbau bagi masyarakat Aceh terutama di Gayo Lues, menyambut Ramadhan atau lebaran
    Bukan sebuah kewajiban, namun sudah menjadi tradisi, sehingga jarang dijumpai pada masyarakat Aceh khususnya di Gayo Lues yang tidak makan daging sapi atau kerbau menjelang Ramadhan tiba,tutupnya

    Kegiatan pembagian daging Meugang dihadiri peserta/pejabat, Kapolres Gayo Lues AKBP Efrianza SIK, Waka Polres Gayo Lues Kompol MHD Rasyid, S.H. Para  PJU Polres Gayo Lues, Personil Polres dan Polsek Jajaran Polres Gayo Lues
    Pelaksanaan Tradisi penyerahan daging Meugang adalah kegiatan sakral tahunan yang juga ikut dilaksanakan oleh Seluruh Jajaran Polda Aceh khususnya Polres Gayo Lues dalam rangka menyambut bulan Suci Ramadhan 1444 H  2023.
    Untuk pelaksanaan Tradisi penyerahan daging Meugang di Polres Gayo Lues alhamdulillah dapat menyembelih daging Meugang sebanyak 2 (dua) ekor Sapi." Kata Efrianza 
    Dalam kegiatan tradisi meugang tersebut Kapolres Gayo Lues AKBP Efrianza SIK membagikan daging kepada seluruh personil Polri Polres Gayo Lues.

    Kapolres Gayo Lues juga menyampaikan salam hormat kepada seluruh keluarga dirumah dan kegiatan ini sebagi bukti rasa sayang Pimpinan kepada rekan - rekan Personil Polres Gayo Lues.
    Pedagang di pasar Gayo Lues menjajakan daging untuk merayakan meugang" di Kota Blangkejeren, Gayo Lues, Aceh, Selasa (21/03/2023). Selain menjadi tradisi meugang" juga membangkit gairah ekonomi lokal.

    menurut Pantauan kami, pada Senin (20/3/2023), pasar-pasar tradisional di Gayo Lues mulai ramai oleh pedagang daging musiman. Daging segar sapi lokal digantung pada kayu atau bambu. Tawar-menawar antara pembeli dan penjual membuat suasana pasar terasa hidup
    Meugang merupakan tradisi warga Aceh menyambut Ramadhan dengan menikmati masakan daging. Meugang dirayakan beberapa hari sebelum Ramadhan. Meugang diartikan sebagai menyambut Ramadhan dengan sukacita. Meugang juga menjadi momen memperkuat tali persaudaraan anggota keluarga
    Seorang pedagang daging di Blangkejeren, Aman Dewi, menuturkan, harga daging sapi masa meugang naik menjadi Rp 170.000 per kilogram, padahal hari biasa hanya Rp 140.000 per kg. Permintaan daging melesat ikut mendorong kenaikan harga, Aman Dewi menjual daging sapi lokal. Meski harganya tinggi dagangannya tetap laris. Warga Aceh dominan mengomsumsi daging sapi lokal karena dianggap lebih sehat dan rasanya lebih manis

    Bagi warga Aceh khususnya Gayo Lues, meugang menjadi hari sakral. Nyaris tidak ada keluarga yang tidak merayakan meugang. Biasanya komunitas perantau akan merayakan meugang bersama. Kelompok peduli sosial akan membagikan daging kepada keluarga kurang mampu.
    Sebagian besar warga telah menyiapkan diri untuk merayakan meugang jauh-jauh hari. Sejumlah uang ditabung untuk dibelanjakan kebutuhan meugang

    bersumber dari media kompas.com, Kepala Dinas Peternakan Aceh Zalsufran mengatakan, sebanyak 29.976 ekor ternak baik sapi dan kerbau tersedia di 23 kabupaten kota. Dia memastikan stok daging untuk meugang tercukupi. Selain ketersediaan yang cukup, kenaikan harga juga masih terkontrol.

    Zalsufran memperkirakan total ketersediaan daging meugang sebanyak 4.300 ton. Dengan harga jual Rp 170.000 kg, maka setara dengan nilai Rp 731 miliar. ”Perputaran uang selama meugang sangat besar, bukan hanya dari jual-beli daging, melainkan dari bahan pokok lainnya katanya
    Dosen Ekonomi Universitas Muhammadiyah Aceh, Mimi Asri, menuturkan, selain sebagai tradisi, meugang juga membuat geliat ekonomi warga bergerak. Selama meugang, transaksi jual-beli meningkat artinya perputaran uang di kalangan warga juga lebih besar.
    Konsumsi menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi,” kata Mimi.

    Sejarawan Aceh, TA Sakti, menuturkan, meugang adalah ritual budaya yang dirawat secara turun-temurun sejak masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Pada masa tersebut, sebulan sebelum meugang, para kepala desa mengirimkan nama-nama warga miskin kepada petugas kesultanan. Kesultanan akan menyantuni mereka dengan daging dan kain.
    Sakti mengatakan, sebagai kesultanan Islam, bulan suci Ramadhan disambut dengan bahagia. Tradisi makan enak bersama-sama bagian dari rasa bahagia
    Sakti menambahkan, pada hari meugang, anak-anak yang berada di rantau pulang ke kampung halaman untuk berkumpul dengan sanak saudara. Apabila ada anak yang tidak bisa pulang, ibunya akan mengirimkan masakan daging ke rantau. Masakan daging itu menjadi ikatan kasih sayang
    Hari meugang juga menjadi momentum bagi orang kaya dermawan untuk berbagi kepada warga miskin. Keluarga besar harus memastikan sanak saudaranya dapat menyantap daging meugang.
    Dulu ada budaya meuripee (urunan). Beberapa keluarga urunan beli sapi, dagingnya dibagi rata ujar Sakti
    Selain itu, ada juga yang jual dengan sistem utang, bayar waktu keumeukoh (panen) padi. ”Dulu budaya meuseuraya (gotong royong) kuat, sekarang sangat individualistis kata Sakti

    Meski demikian, menurut Sakti, tradisi meugang tidak akan hilang dalam era yang semakin modern. Sebab, selain ada unsur budaya, meugang menjadi bagian kepentingan ekonomi.

    Rilis Kasihumas Polres Gayo Lues pada media Harian RI.com Johari argum
    Komentar
    Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
    • menyambut tradisi meugang di Aceh khususnya Gayo Lues, Kapolres Gayo Lues Berbagi Daging kepada personel

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Terkini

    Topik Populer