"Ancaman Ganda Adab Anak Aceh: Antara Kebebasan Digital dan Kehilangan Sopan Santun di Ruang Publik"
  • Jelajahi

    Best Viral Premium Blogger Templates

    Kode IT


    terkini

    "Ancaman Ganda Adab Anak Aceh: Antara Kebebasan Digital dan Kehilangan Sopan Santun di Ruang Publik"

    Dimas ( Redaksi )
    19 November 2025, 11/19/2025 06:23:00 PM WIB Last Updated 2025-11-19T11:23:41Z

     



    Ditulis oleh : Zanjabila, Mahasiswa Ilmu Perpustakaan UIN Ar-Raniry


    Aceh_Harian-RI.com

    yang sejak lama dikenal dengan “Serambi Mekkah”, yang berdiri tegak di atas syariat Islam sebagai fondasi utama dalam kehidupan, etika, dan keimanan. Generasi terdahulu dibesarkan dalam lingkungan sosial yang penuh adab dan etika, sebagai mahkota dalam interaksi keseharian. Mereka taat pada disiplin dan etika Islam, dengan nasehat ulama dan teladan masyarakat sebagai benteng moral yang kuat, sehingga menjadikan ketaatan sebagai penanda keshalehan.


    Namun, di tengah modernisasi yang sangat pesat, dapat disaksikan bahwa adanya indikasi melemahnya adab dan etika generasi muda secara menyeluruh, tidak hanya di dunia maya tetapi juga secara nyata. Sikap hormat kepada yang sesama, yang dulunya menjadi ciri khas, kini terasa menipis. Etika pergaulan yang cenderung bebas, sehingga menjadikan kurangnya sopan santun saat berbicara, serta pengabaian terhadap norma-norma publik, menunjukkan adanya krisis akhak yang harus disikapi lebih serius di ruang sosial.


    Perubahan ini diperburuk dengan kemajuan teknologi digital. Perangkat pintar yang telah menjadi jendela tanpa batas, membawa arus informasi dan gaya hidup yang sering kali berbenturan dengan nilai-nilai syariat Islam. Di dunia maya, popularitas instan serta pencarian like dan view, kini menjadi daya tarik kuat yang secara halus mulai menggeser pemahaman mereka tentang batas-batas syar’i, baik dalam bentuk tindakan nyata maupun dalam ekspresi di media sosial.


    Ujian terberat yang kini juga sangat terlihat adalah pada akhlak mereka di dunia nyata. Sering kali, interaksi sehari-hari yang diwarnai oleh perilaku yang jauh dari ajaran islam, seperti berkata kasar, atau melancarkan gunjingan di lingkungan pergaulan. Lemahnya kontrol lisan di ruang publik seolah menghilangkan rasa tanggung jawab moral atas setiap ucapan, padahal Islam sangat menekankan pentingnya menjaga lisan dan kehormatan sesama.


    Dampak paling halus namun mendalam dari hilangnya pegangan adab adalah menipisnya rasa malu, mahkota keimanan yang seharusnya dipertahankan. Ketika adab diabaikan di ruang nyata, kecenderungan untuk mencari perhatian dan mengumbar hal pribadi di media sosial pun semakin meningkat, demi mendapatkan simpati digital. Keinginan untuk eksis mengalahkan nilai-nilai keislaman dan mencerminkan hilangnya filter moral yang kuat di segala aspek kehidupan mereka.


    Kekhawatiran ini semakin menguat karena melihat pergeseran cara mereka memaknai ruang publik, baik secara fisik maupun digital. Ekspresi diri yang terlalu bebas, terutama dalam pergaulan nyata dan aktivitas yang berpontensi melanggar syariat, seolah dianggap lumrah demi mendapatkan validasi sosial. Hal tersebut menunjukkan betapa batas-batas etika menjadi kabur, sehingga mengancam melemahnya kesadaran moral yang telah dijaga turun-temurun di lingkungan Serambi Mekkah.


    Anak Aceh merupakan harapan bagi keberlanjutan kemulian syariat di Serambi Mekkah. Ketaatan dan adab mereka adalah cerminan dari keberhasilan syariat di Aceh. Oleh karena itu, perlu menumbuhkan kesadaran bahwa mempertahankan syariat dan adab di era modern ini adalah sebuah jihad modern yang membutuhkan kewaspadaan dan usaha bersama untuk mengokohkan kembali etika anak Aceh.


    “Di tengah derasnya arus teknologi, terlihat jelas bahwa  like dan view menjadi mata uang baru yang mengancam nilai-nilai etika. Dapat disaksikan rasa malu tergerus dan  tergantikan oleh keinginan akan popularitas sesaat di media sosial, yang turut melemahnya adab di dunia nyata. Marwah Serambi Mekkah dipertaruhkan bukan hanya di ruang-ruang publik, tetapi juga di setiap layar perangkat elektronik. Maka, dalam derasnya arus perubahan ini, sanggupkah Serambi Mekkah membimbing tunas-tunasnya, ataukah benteng moral generasi muda akan dibiarkan roboh hanya karena kelalaian dalam merespon tantangan ini?”

    Komentar
    Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
    • "Ancaman Ganda Adab Anak Aceh: Antara Kebebasan Digital dan Kehilangan Sopan Santun di Ruang Publik"

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Terkini

    Topik Populer