Bireuen_Harian-RI.com
Puluhan warga nelayan di kawasan Krueng (Sungai) Tingkeum mengoperasikan perahu motor sebagai penyeberangan darurat setelah Jembatan Kuta Blang di Kabupaten Bireuen, Aceh, terputus akibat bencana alam pada Selasa, 2 Desember 2025.
Muhammad Rayyan, salah satu pengemudi perahu, menyampaikan bahwa penggunaan perahu nelayan muncul dari inisiatif masyarakat pesisir untuk membantu warga yang terjebak di dua sisi sungai.
“Tidak ada jalur lain untuk melintas. Tiga jembatan yang ada di sungai ini sama-sama rusak ketika banjir besar terjadi,” ungkapnya.
Layanan penyeberangan menggunakan perahu tersebut telah berjalan selama empat hari terakhir. Warga dikenakan tarif antara lima ribu hingga dua puluh ribu rupiah, dengan waktu penyebrangan hanya beberapa menit. Fasilitas ini hanya untuk pejalan kaki dan barang bawaan, karena kendaraan tidak memungkinkan untuk diseberangkan.
Camat Kuta Blang, Erizal, menyebutkan bahwa langkah swadaya masyarakat tersebut sangat membantu mobilitas warga dari arah Banda Aceh maupun Lhokseumawe.
“Dalam sehari, jumlah penumpang bisa mencapai ribuan orang. Kami sudah meminta agar biaya penyeberangan tidak memberatkan warga,” jelasnya.
Warga Bireuen, Reza, mengatakan bahwa perahu nelayan sangat membantu mengembalikan akses transportasi setelah jembatan ambruk. “Walau tidak bisa membawa kendaraan, setidaknya kami bisa melanjutkan perjalanan,” katanya.
Warga lainnya, Rizky, menuturkan bahwa layanan penyeberangan ini juga memudahkan aktivitas masyarakat lokal yang sebelumnya terisolasi. “Saya akhirnya bisa menjemput anak di Kuta Blang setelah sekian hari tak bisa bertemu,” ujarnya.
Hingga kini, titik jembatan yang runtuh tersebut menjadi batas terakhir yang dapat dicapai kendaraan dari arah Banda Aceh, setelah banjir merusak sejumlah infrastruktur. Lokasi ini juga sempat menjadi tempat warga berkumpul karena jaringan listrik dan internet terputus selama beberapa hari.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar