Proyek Pembangunan Onkologi Center Yang Berada Di RSUDZA Diduga Markup Dan Sarat Korupsi
  • Jelajahi

    Best Viral Premium Blogger Templates

    Kode IT


    terkini

    Proyek Pembangunan Onkologi Center Yang Berada Di RSUDZA Diduga Markup Dan Sarat Korupsi

    9 Agustus 2021, 8/09/2021 09:30:00 PM WIB Last Updated 2021-12-19T11:59:27Z

    Banda Aceh,
    Mimpi masyarakat Aceh memiliki pusat pengobatan dan perawatan kanker, atau onkologi center yang berada di Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh, terancam belum bisa terwujud tahun ini. Pasalnya, hingga kini bunker untuk menepatkan alat medis yang berbasis nuklir itu belum dibangun. Sementara gedung rawat inapnya sudah hampir selesai.


    Artinya, apabila bunker tersebut tidak jadi dibangun dalam tahun ini. Maka otomatis gedung rawat inap yang sudah dibangun itu sama seperti rumah sakit biasa yang tidak bisa melayani pasien kanker.

    Pembangunan gedung oncology itu dengan nilai kontrak Rp 219 miliar, dikerjakan oleh KSO PT Adhi Persada Gedung dan PT Andesmont Sakti. Penandantanganan kontrak dilakukan pada Februari 2020 oleh  Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) (RSUDZA), Zulkarnain di Anjong Mon Mata Banda Aceh.

    Informasi yang diterima media ini, sebelum dibangunnya bunker tersebut diduga adanya konflik manajemen antara KPA, Zulkarnain, dengan Direktur RSUDZA, Isra dan PPATK, Nazaruddin.

    Proyek itu sudah dua kali dibatalkan sejak tahun 2017. Dimana pada tahun pertama itu, bunker tersebut sudah mulai dibangun. Namun perusahaan pemenang proyek itu yakni PT Araz Mulia Mandiri, masuk daftar hitam atau blacklist, sehingga KPA memutuskan kontrak.


    Bunker itu sudah mulai dibangun oleh PT Araz Mulia Mandiri. Anggaran yang sudah terealisasi untuk bunker itu sendiri lebih kurang mencapai Rp 5 miliar.

    Informasinya, dari hasil kajian teknis terhadap bunker yang sudah dibangun itu tidak layak untuk dilanjutkan. Sehingga harus digeser ke tempat yang lain.

    Di satu sisi, KPA meminta agar bunker itu dibangun di lokasi yang baru, sementara Direktur RSUDZA, Isra dan PPATK, Nazaruddin, tetap bersikukuh agar melanjutkan pembangunan bunker di lokasi yang sudah pernah dibangun itu.

    Hingga memasuki bulan Agutus, informasi yang diterima media ini, pembangunan bunker tersebut belum ada titik temu.

    Media ini sudah berusaha menghubungi KPA, Zulkarnain dan PPATK, Nazaruddin, untuk mengkonfimasi konflik tersebut hingga alasan bunker itu belum dibangun. Namun pesan singkat yang dikirim tak kunjung dibalas hingga berita ini diunggah.

    Hingga bulan desember pekerjaan gedung onkologi media ini mendapatkan informasi kalau dari mulai pondasi hingga pemasangan SLO tidak sesuai dengan yang diharapkan, pondasi bunker tidak sesuai dengan spech dan SLO tidak kunjung dipasang karena terjadinya perdebatan masalah harga, derektur rumah sakit dan PPATK mereka maunya harganya dinaikkan 300 juta, sementara harga pemasangan SLO dari PLN sebesar 120 juta sehingga terjadi perdebatan antara KPA dan direktur rumah sakit, PPATK.

    Terkait pemasangan SLO mau diambil dari dana rumah sakit sehingga terjadi pro dan kontra dari pihak rumah sakit KPA, PPATK dan direktur, karena dana proyek tersebut masih banyak tersisah sehingga SLO pun tak jadi dipasang karena terjadi keterlambatan akhir tahun,

    Beberapa kali media ini beserta tim mencoba menghubungi direktur rumah sakit dan PPATK nazaruddin tidak juga ada respon, sehingga ketika media ini dan tim mencoba mengecek instalasi yang ada di gedung onkologi tidak ada arus, hingga berita ini mau di terbitkan belum juga ada tanggapan dari pihak rumah sakit. (Dms/tim)
    Komentar
    Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
    • Proyek Pembangunan Onkologi Center Yang Berada Di RSUDZA Diduga Markup Dan Sarat Korupsi

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Terkini

    Topik Populer