Acara Puncak Peluncuran Project Core Step dilaksanakan di Banda Aceh, Kolaborasi Riset didanai Pemerintah Australia
  • Jelajahi

    Best Viral Premium Blogger Templates

    Kode IT


    terkini

    Acara Puncak Peluncuran Project Core Step dilaksanakan di Banda Aceh, Kolaborasi Riset didanai Pemerintah Australia

    Dimas ( Redaksi )
    6 Oktober 2023, 10/06/2023 03:48:00 PM WIB Last Updated 2023-10-06T08:48:26Z

     



    Banda Aceh_Harian-RI.com

    Setelah diluncurkan dan dilaksanakan pengambilan data awal di Kota Ambon pada tanggal 25 September 2023 dan Kota Mataram pada 02 Oktober 2023, Project yang didanai oleh Pemerintah Australia melalui Hibah Koneksi berjudul “CORE-STEP: Solusi Berbasis Pengetahuan yang Inovatif untuk Sistem Layanan Kesehatan Primer yang Inklusif dan Siap Menghadapi Perubahan Iklim” kemudian dilanjutkan di Kota Banda Aceh yang dimulai dengan kegiatan Project Launch yang dilaksanakan di Ruang Auditorium TDMRC pada tanggal 6 Oktober 2023, pukul 08.30 sampai pukul 11.30 dan dilanjutkan dengan FGD pada pukul 13.30 di Hotel Kyriad Muraya Banda Aceh.

    Kegiatan Project Launch di Banda Aceh mendatangkan peserta dari berbagai kalangan, baik stakeholders seperti Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh, BPBD Kota Banda Aceh, BPJS, BMKG, BPS dan berbagai LSM di Banda Aceh serta Puskesmas yang terpilih menjadi pilot untuk wilayah Banda Aceh dalam project ini, yaitu Puskesmas Lampulo dan Puskesmas Batoh. 


    Launching projek “Core Step” yang merupakan kolaborasi dari Universitas Syiah Kuala, Griffith University, Universitas Mataram, Universitas Pattimura, Ambon, Kementerian Kesehatan, ICLEI Indonesia, CARI!, International Network of Health Promoting Hospitals & Health Services  ini dibuka dengan project overview  oleh Dr. Rina Suryani Oktari, S. Kep., M. Si (Universitas Syiah Kuala) selaku Koordinator Project Indonesia dan Dr. Connie Cai Ru Gan selaku Koordinator Project Australia. Dalam penjelasannya, Dr.Rina Suryani Oktari menyampaikan bahwa Project ini memiliki 2 tujuan utama, yaitu mengkaji bagaimana kerentanan, kapasitas, dan kebutuhan dari PUSKESMAS dalam menghadapi dampak perubahan iklim, serta mengambangkan dashboard yang diharapkan dapat membantu PUSKESMAS dalam mengambil keputusan-keputusan yang  dibutuhkan. Dalam kesempatan tersebut Dr. Rina Suryani Oktari juga mengucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah ikut membantu dan bersedia berkolaborasi dalam proyek penelitian ini.”


    Selanjutnya Dr.Connie (Grifftih University) yang berhadir langsung di Banda Aceh dalam sambutannya menyatakan kekagumannya terhadap semua masukan dan keterlibatan yang luar biasa di setiap lokasi yang telah dikunjungi untuk penelitian Core-Step ini. Dr. Connie juga mengucapkan terimakasih kepada koordinator di setiap lokasi yang telah memfasilitasi tim peneliti untuk dapat terhubung dan bekerja sama dengan dinas kesehatan setempat. Selain itu Dr. Connie memberi apresiasi kepada mahasiswa universitas yang membantu berbagai rangkaian kegiatan yang sudah dilakukan. “FGD dan kunjungan ke PUSKESMAS memberikan wawasan yang besar tentang bagaimana PUSKESMAS menghadapi dampak perubahan iklim dan jenis data yang mereka kumpulkan dan gunakan untuk menyediakan layanan kesehatan terbaik bagi komunitas mereka” Lanjut Dr.Connie.



    Perwakilan research advisor dari Australia (Griffith University) yaitu Prof.Sara Davies juga turut memberi sambutan. “Dalam dua minggu terakhir, tim telah melakukan diskusi kelompok terfokus yang sangat interaktif dan melibatkan pemangku kepentingan yang antusias berbagi pengetahuan dan pengalaman, tepatnya di Ambon dan Mataram, dan selanjutnya akan dilakukan di Banda Aceh. Tim ini telah mengumpulkan informasi terkait tantangan-tantangan awal yang dihadapi oleh Puskesmas dalam mengubah data menjadi informasi yang berguna untuk mendukung perencanaan dan pelaksanaan program kesehatan. Misalnya, pelaporan penyakit sensitif iklim dilakukan secara individual melalui berbagai sistem dan aplikasi di PUSKESMAS, serta tingkat provinsi dan kota. Hal ini menggambarkan potensi signifikan proyek percontohan ini untuk berkembang menjadi alat pengambilan keputusan yang berharga dan dapat membantu memenuhi kebutuhan yang spesifik pada konteks tertentu.” terangnya dalam sambutan yang dilakukan secara online melalui zoom. 


    Disamping itu Research Advisor dari Universitas Syiah Kuala yaitu Dr. dr. M. Yani, M.Kes, PKK dalam pidato singkatnya mengajak keterlibatan pihak dalam pengumpulan data pada penelitian ini, salah satunya dalam kegiatan FGD yang akan dilaksanakan siang ini. “Kita tahu bahwa penelitian ini dilakukan di 3 kota di Indonesia yang sama-sama merupakan kota di wilayah pesisir yaitu, Ambon, Mataram dan Banda Aceh. Tetapi Ketiga kota ini memiliki keunikan, adat, dan perbedaan, diharapkan dari perbedaan ini kita bisa menyimpulkan solusi yang tepat untuk ketahanan iklim di Indonesia. Kita juga dapat berbagi dengan teman-teman di Australia terkait strategi peningkatan ketahanan, diharapkan penelitian ini tidak hanya bermanfaat untuk Indonesia tetapi juga untuk dunia”, terangnya lebih lanjut.


    Perwakilan Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Gigi, Universitas Griffith yaitu Profesor Bernadette Sebar turut memberi sambutan secara online, beliau menyatakan bahwa kolaborasi ini dapat terjadi berkat Dr.Connie dan Dr.Okta, beliau juga menyampaikan penghargaan kepada pihak yang memberi pendanaan yaitu program unggulan Australia, KONEKSI. Beliau menekankan tentang pentingnya kolaborasi antara Universitas Griffith dan Universitas Syiah Kuala dalam mencapai kesetaraan kesehatan dalam situasi krisis.


    Kegiatan project Launch juga dihadiri oleh perwakilan kementerian Kesehatan, Indonesia (Centre for Health Crisis) dan WHO. Perwakilan kementerian kesehatan yaitu dr. Ira Cyndira Tresna M.I.Kom yang membacakan pidato dari kepala pusat krisis yaitu  Dr. Sumarjaya, SKM, MM,MFP, C.F.A. “Adaptasi perubahan iklim terhadap penyakit sensitif iklim perlu mengedepankan upaya intervensi kesehatan secara preventif yang dilakukan secara transformatif dan jangka panjang difokuskan pada lokasi prioritas sebelum terjadi lonjakan kejadian. Puskesmas menjadi ujung tombak dalam sistem kesehatan masyarakat, puskesmas harus memiliki kapasitas dasar. Peningkatan kapasitas sistem kesehatan primer mutlak membutuhkan transformasi yang melibatkan pemangku kepentingan dan berbagai pihak. Selain itu pemanfaatan teknologi juga menjadi point penting untuk integrasi data yang dapat dimanfaatkan. Keterlibatan akademisi dan pihak lainnya dalam penguatan pusat pelayanan kesehatan primer terutama dalam menghadapi serta merespon tantangan perubahan iklim masa depan menjadi sangat penting dengan kondisi disparitas sumber daya kualitas maupun outcome kesehatan esensial saat ini”. Sedangkan perwakilan NPO Health Emergencies WHO Indonesia dalam sambutannya menegaskan dukungannya dan siap terlibat lebih jauh terhadap kegiatan ini.


    Project Launching diresmikan oleh Wakil Rektor I Universitas Syiah Kuala yaitu Prof. Agus Sabti, dalam sambutannya beliau menyatakan bahwa “perubahan iklim ini memberi dampak negatif pada masyarakat, melalui projek ini kita mencari solusi dengan mencari penyebab masalah, sehingga dapat kita cari dari sebabnya hingga akibatnya seperti apa, dalam hal ini terkait perubahan iklim, kerusakan lingkungan. Projek ini tentu sifatnya multidisiplin, kolaborasi ini akan menghasilkan manfaat besar terutama dalam menghadapi dampak buruk perubahan iklim.” 


    Koordinator site untuk Banda Aceh yaitu dr. Hendra Kurniawan saat diwawancarai terpisah menyatakan bahwa “Project Launching Banda Aceh menjadi acara puncak dari rangkaian kegiatan peluncuran yang sebelumnya telah juga sukses kita laksanakan di Mataram dan Ambon. Project launch ini mengundangan berbagi pihak dengan tujuan memperkenalkan project Core Step yang akan kita lakukan selama satu tahun kedepan, dan untuk mengajak berbagai pihak untuk ikut terlibat mendukung penelitian ini kedepannya.”


    Kegiatan Project Launch juga dimeriahkan oleh pertunjukan rapai dari sanggar Darul Ulum, dan ditutup dengan penyerahan cenderamata dari pihak Griffith University kepada Pihak Universitas Syiah Kuala juga sebaliknya. Pihak Griffith university menjelaskan bahwa cenderamata yang diberikan berupa daun dari pohon kayu putih yang merupakan sumber makanan utama koala. Lukisan ini dilukis dengan tangan oleh suku Aborigin untuk mengakui hubungan antara manusia, hewan, dan lingkungan. Kontribusi pengetahuan dan budaya lokal dianut dalam penelitian dan pengajaran.

    Komentar
    Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
    • Acara Puncak Peluncuran Project Core Step dilaksanakan di Banda Aceh, Kolaborasi Riset didanai Pemerintah Australia

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Terkini

    Topik Populer