Aceh_Harian-RI.com
Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) SINFRA–SENYAR yang dilaksanakan oleh Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) Universitas Syiah Kuala menegaskan pentingnya pemanfaatan data kebencanaan terintegrasi berbasis teknologi WebGIS dalam mendukung penanganan bencana secara menyeluruh, mulai dari fase tanggap darurat hingga rehabilitasi, rekonstruksi, dan pemulihan jangka panjang di Provinsi Aceh.
Kabupaten Pidie Jaya dan Bireuen ditetapkan sebagai lokasi pilot project kegiatan ini. Pemilihan kedua wilayah tersebut didasarkan pada tingkat dampak bencana, kemudahan akses lapangan pada masa pelaksanaan kegiatan, serta kebutuhan mendesak pemerintah daerah terhadap sistem informasi kebencanaan yang akurat, terpadu, dan mudah dioperasionalkan dalam perencanaan pemulihan.
Melalui pendekatan percontohan ini, tim PkM SINFRA–SENYAR melakukan kaji cepat lapangan untuk menghimpun data sebaran banjir, ketinggian genangan, endapan sedimen, tingkat kerusakan infrastruktur bangunan dan jalan, dampak ekonomi masyarakat, serta kondisi kelompok rentan. Seluruh data tersebut dianalisis secara spasial dan kemudian diintegrasikan ke dalam Sistem Informasi Geografis berbasis web (WebGIS) SINFRA–SENYAR.
Ketua tim pelaksana PkM SINFRA–SENYAR, Prof. Dr. Ir. Ella Meilianda, ST, MT, IPU, menegaskan bahwa pemulihan pascabencana memerlukan dasar data yang kuat dan terintegrasi.
“Pemulihan pascabencana tidak bisa lagi mengandalkan data parsial dan manual. Dengan WebGIS, seluruh informasi dampak bencana dapat dipetakan secara terpadu, diperbarui secara berkala, dan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang lebih tepat, transparan, dan berkelanjutan,” ujar Prof. Ella.
WebGIS SINFRA–SENYAR menyajikan informasi kebencanaan dalam bentuk peta tematik interaktif yang mudah diakses oleh pemerintah daerah dan pemangku kepentingan terkait. Melalui sistem ini, pemerintah daerah dapat mengidentifikasi wilayah dengan tingkat dampak tertinggi, kondisi infrastruktur yang rusak, serta area yang memerlukan penanganan prioritas. Informasi tersebut menjadi landasan penting dalam penyusunan rencana rehabilitasi dan rekonstruksi yang lebih terarah dan berbasis data.
Menurut Prof. Ella, pelaksanaan kegiatan di Pidie Jaya dan Bireuen merupakan tahap awal dari upaya yang lebih luas.
“Kedua kabupaten ini menjadi lokasi percontohan. Ke depan, kami berharap pendekatan dan sistem yang sama dapat diterapkan di wilayah terdampak lainnya di Aceh, sehingga pemerintah daerah memiliki sistem pendukung keputusan yang konsisten dan berkesinambungan,” tambahnya.
Pelaksanaan PkM SINFRA–SENYAR merupakan bagian dari Program Pengabdian kepada Masyarakat Tanggap Darurat Bencana Siklon Tropis Senyar yang diselenggarakan oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, di bawah Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi. Program ini melibatkan kolaborasi lintas perguruan tinggi sebagai bentuk dukungan akademik dan teknis dalam respons cepat serta pemulihan awal wilayah terdampak bencana.
Kegiatan ini melibatkan dosen senior, dosen muda, serta mahasiswa doktoral lintas disiplin untuk memastikan kajian kebencanaan dilakukan secara komprehensif.
Dari aspek teknis kebencanaan, Dedy Alfian, ST, Dipl. Geohazards, M.Sc terlibat sebagai perekayasa model hidro-spasial banjir, sementara Fitri Zaitun Nurnalisa, ST, MT berperan sebagai pengkaji hidro-morfologi sungai. Kajian kerentanan infrastruktur bangunan dilakukan oleh Dr. Ir. Yunita Idris, ST, M.Eng.Structure, Ir. Zahra Amalia, ST, M.Eng, dan Adrian Ulza, ST, M.Sc. Kajian dampak terhadap infrastruktur jalan dan jembatan dilaksanakan oleh Ir. Juliana Fisaini, ST, MT. Dari aspek sosial ekonomi, Sophia Imari, SE, MM berperan sebagai pengkaji kerentanan ekonomi masyarakat serta isu Gender Equality, Disability, and Social Inclusion (GEDSI).
Kemudian, Ardiansyah, BSEE, M.Sc berperan sebagai pengembang sistem WebGIS SINFRA–SENYAR yang mengintegrasikan seluruh data spasial dan nonspasial hasil kaji cepat lapangan.
Selain mendukung fase tanggap darurat dan pemulihan awal, sistem WebGIS ini juga dirancang sebagai basis pemulihan jangka panjang dan pengurangan risiko bencana. Data terintegrasi yang terus diperbarui memungkinkan pemerintah daerah melakukan pemantauan perkembangan pemulihan sekaligus memperkuat perencanaan pembangunan yang lebih tangguh terhadap bencana di masa mendatang.
Secara lebih luas, kegiatan PkM SINFRA–SENYAR sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya SDG 11 (Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan), SDG 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur), SDG 13 (Penanganan Perubahan Iklim), serta SDG 5 dan SDG 10 melalui integrasi perspektif kesetaraan gender, disabilitas, dan inklusi sosial dalam proses pemulihan pascabencana.
Dengan pendekatan berbasis sains, teknologi, dan kolaborasi multidisipliner ini, SINFRA–SENYAR diharapkan menjadi model pengelolaan kebencanaan yang lebih terintegrasi, adaptif, dan berkelanjutan bagi wilayah-wilayah rawan bencana di Aceh dan Indonesia.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar