Arena Wati dan Gagasan Pahlawan Budaya Nusantara
  • Jelajahi

    Best Viral Premium Blogger Templates

    Kode IT


    terkini

    Arena Wati dan Gagasan Pahlawan Budaya Nusantara

    Dimas ( Redaksi )
    12 November 2025, 11/12/2025 09:11:00 AM WIB Last Updated 2025-11-12T02:11:23Z

     



    Oleh: Dr. Nursalim Tinggi, M.Pd


    Ketua Afiliasi Pengajar, Penulis Bahasa, Sastra, Budaya, Seni, dan Desain Provinsi Kepulauan Riau (APEBSKID KEPRI) 


    Ketua Ikatan Wartawan Online Indonesia Provinsi Kepulauan Riau


    Tak banyak tokoh yang mampu menembus batas geografis dan politik, namun tetap menanamkan akar kebanggaan pada tanah asalnya. Salah satu nama yang layak dikenang dalam ruang kebudayaan serumpun ialah Arena Wati, nama pena dari Muhammad Dahlan Abdul Biang Dg. Tojeng  sastrawan kelahiran Jeneponto, Sulawesi Selatan, yang kemudian mengukir nama besar di Malaysia. Ia bukan sekadar penulis novel, melainkan pemikir dan pengemban ruh kemelayuan yang menghidupkan jiwa Nusantara di seberang lautan. Kisah hidupnya membuka ruang refleksi penting tentang makna kebangsaan, warisan budaya, dan batas pengakuan terhadap jasa seseorang yang telah mengabdi lintas batas negara.


    Dalam kerangka formal kenegaraan, Indonesia memiliki aturan ketat tentang siapa yang dapat diangkat sebagai Pahlawan Nasional. Syarat utamanya jelas: sosok tersebut harus warga negara Indonesia yang berjuang dan berkorban untuk kepentingan bangsa Indonesia. Dari sudut pandang hukum, seseorang yang telah berpindah kewarganegaraan atau berkontribusi bagi negara lain tidak bisa masuk dalam kategori itu. Karena itulah, nama seperti Arena Wati, meskipun lahir di tanah air dan membawa semangat Nusantara dalam karya-karyanya, tidak dapat secara resmi diangkat menjadi pahlawan nasional Indonesia.


    Namun, penghargaan atas jasa seseorang tidak semestinya berhenti pada ranah administratif. Ada bentuk pengakuan lain yang lebih luas, yakni penghargaan budaya. Pengakuan ini bersifat lentur dan mampu melampaui sekat-sekat politik. Karya dan perjuangan Arena Wati dapat diabadikan dalam bentuk penghormatan kultural, seperti penobatan sebagai Tokoh Sastra Nusantara, Putra Melayu Dunia, atau Tokoh Indonesia Diaspora Berjasa. Bentuk penghargaan seperti ini tidak menyalahi hukum, tetapi justru memperkaya khazanah penghormatan bangsa terhadap anak-anak pertiwi yang telah mengharumkan nama budaya Nusantara di pentas dunia.


    Selain itu, sudah waktunya Indonesia membangun konsep baru yang disebut Pahlawan Budaya Nusantara. Kategori ini menampung tokoh-tokoh yang lahir dari akar budaya kepulauan tetapi berkarya di luar batas negara di Malaysia, Brunei, Singapura, atau kawasan lain di Asia Tenggara yang tetap membawa ruh kemelayuan dan nilai-nilai Nusantara. Arena Wati, dengan karya-karya sastranya yang menampilkan semangat perjuangan, kesadaran sejarah, dan cinta tanah asal, layak ditempatkan dalam kategori ini. Ia bukan hanya sastrawan Malaysia, melainkan penjaga warisan rohani Melayu yang tumbuh dari rahim Nusantara.


    Gagasan Pahlawan Budaya Nusantara perlu disambut oleh lembaga-lembaga kebudayaan seperti Kemendikbudristek, Balai Bahasa, dan Lembaga Adat Melayu Nasional. Dengan adanya kategori penghargaan seperti ini, bangsa Indonesia menunjukkan keterbukaan dalam menghormati sosok-sosok yang berjasa menjaga marwah budaya bangsa di perantauan. Pengakuan ini bukan sekadar penghormatan personal, tetapi juga langkah strategis memperkuat identitas bangsa di tengah derasnya arus globalisasi.


    Dalam konteks hubungan serumpun, konsep warisan bersama atau shared heritage perlu dijadikan dasar bagi pengakuan lintas negara. Sama seperti pantun, batik, rendang, dan berbagai unsur budaya yang diakui bersama antara Indonesia dan Malaysia, karya dan pemikiran tokoh seperti Arena Wati juga dapat ditempatkan dalam kerangka yang sama. Dua negara serumpun ini dapat menjalin kerja sama kultural misalnya melalui pembentukan ASEAN Literary Hall of Fame atau program Warisan Budaya Takbenda Bersama sebagai wadah pengakuan bagi sastrawan yang mewakili identitas dan peradaban Melayu. Langkah ini akan memperkuat semangat persaudaraan antarbangsa, bukan memperdebatkan siapa yang paling berhak atas seorang tokoh.


    Lebih jauh, tokoh-tokoh seperti Arena Wati patut dikenalkan kepada generasi muda melalui kurikulum sastra Nusantara di sekolah dan perguruan tinggi. Ia menjadi simbol keterhubungan antara bahasa, sejarah, dan jiwa Melayu di seluruh Asia Tenggara. Dengan mengenalnya, generasi muda akan memahami bahwa kebanggaan terhadap bahasa dan budaya tidak berhenti di batas negara, tetapi berpijak pada akar sejarah dan nilai kemanusiaan yang sama. Identitas kemelayuan adalah jembatan kultural yang telah menghubungkan bangsa-bangsa serumpun jauh sebelum peta politik modern terbentuk.


    Selain melalui pendidikan, penghormatan terhadap Arena Wati juga dapat diwujudkan secara simbolik di tingkat daerah. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, misalnya, dapat menamai perpustakaan, jalan, atau pusat studi sastra dengan nama Arena Wati. Tindakan semacam ini merupakan bentuk penghargaan moral yang tak kalah bermakna dibandingkan penghargaan formal dari negara. Sebab, sering kali, pengakuan moral dari masyarakat jauh lebih abadi daripada pengakuan administratif yang bersifat sementara.


    Pada akhirnya, kita perlu menegaskan bahwa menjadi pahlawan sejati tidak selalu berarti harus diangkat melalui keputusan negara. Pahlawan sejati adalah mereka yang memberi makna dan arah bagi bangsanya. Mereka yang menulis, berpikir, dan berjuang menjaga identitas budaya bangsanya dari kepunahan. Arena Wati adalah salah satu dari mereka. Ia mungkin tidak diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia, tetapi semangat dan pikirannya telah menembus batas-batas kenegaraan, menjadikannya Pahlawan Budaya Melayu-Nusantara yang sejati.


    Pahlawan bukan semata mereka yang gugur di medan perang atau diangkat melalui upacara kenegaraan. Pahlawan sejati adalah mereka yang menjaga nyala api kebudayaan, menulis tentang jiwa bangsanya, dan menyemai cinta terhadap akar sejarahnya. Arena Wati telah melakukan semua itu dengan pena dan pikirannya. Ia membuktikan bahwa kebudayaan adalah bentuk perjuangan yang paling halus, namun paling abadi.


    Dan pada titik inilah kita mengerti, bahwa pahlawan sejati bukan hanya yang diangkat oleh negara, tetapi yang diingat oleh hati bangsanya.

    Komentar
    Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
    • Arena Wati dan Gagasan Pahlawan Budaya Nusantara

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Terkini

    Topik Populer